Kontribusi asuransi syariah terhadap pasar
asuransi nasional hanya 3,96 persen. Saat ini jumlah perusahaan asuransi dan
reasuransi syariah sebanyak 46 perusahaan, namun hanya lima perusahaan saja
yang full fledge asuransi syariah.
Direktur Syariah Allianz Life Indonesia
Kiswati Soeryoko mengatakan di antara jumlah asuransi syariah di Indonesia,
mayoritas berstatus Unit Usaha Syariah (UUS). “Ini membuat asuransi syariah
sulit mendapatkan market share besar,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam
seminar ekonomi syariah bertajuk ‘Masa Depan Industri Asuransi Syariah
Indonesia di Tengah Keberpihakan Regulasi’, Kamis (28/2).
Melihat kecilnya kontribusi market share,
Kiswati menilai perusahaan asuransi syariah perlu bekerja lebih keras lagi
dalam menghsilkan produk inovatif. “Kalau UUS tidak melakukan terobosan, maka
market share tidak dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian,” ucapnya.
Hal yang bisa dilakukan, kata Kiswati,
salah satunya dengan pemisahan UUS menjadi perusahaan asuransi syariah mandiri
(spin off). Menurutnya spin off diperlukan untuk meningkatkan volume bisnis
perusahaan. “Spin off dapat memperluas pasar, independensi dalam strategi
bisnis, meningkatkan market share dan brand image serta aktualisasi prinsip
syariah dalam operasional dan pelayanan nasabah,” ujarnya.
Kiswati menyebut peluang spin off di
Indonesia cukup besar mengingat rendahnya market share asuransi syariah.
Ditambah lagi kondisi makro dan mikro ekonomi Indonesia relatif stabil serta
masih sedikitnya perusahaan asuransi syariah yang berstatus full fledge membuat
kesempatan spin off terbuka.
Faktor lain yang mendorong peluang spin
off yaitu daya beli masyarakat semakin meningkat khususnya golongan menengah ke
atas, semakin beragamnya pilihan produk investasi syariah dan pertumbuhan industri
keuangan syariah (perbankan, multifinance, pasar modal).
Ada beberapa tantangan melakukan spin off
khususnya permodalan. “Perlu regulasi yang jelas mengenai batas maksimum
permodalan,” ujarnya. Komitmen dari stakeholder, kebutuhan SDM siap pakai yang
menguasai aspek operasional dan syariah, infrastruktur siap pakai, saluran
distribusi (khususnya keagenan), produk inovatif dan terjangkau oleh berbagai
lapisan masyarakat juga menjadi tantangan menjalankan spin off.
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(AASI), M. Shaifie Zein, menyebut keberpihakan pemerintah sangat dibutuhkan
demi kemajuan asuransi syariah. Di Malaysia, kata Shaifie, jumlah perusahaan
asuransi syariah sangat sedikit, namun semuanya full fledge. “Ada keberpihakan
Pemerintah Malaysia terhadap asuransi syariah. Kalau di Indonesia baru akan
mulai,” ucapnya. (Qommarria Rostanti/Nidia Zuraya/ROL) *http://www.dakwatuna.com/
0 komentar:
Posting Komentar