Kepala Pengawas Industri Keuangan
Non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani menyatakan situasi
mendesak tahun ini adalah peta banjir harus dimiliki industri asuransi.
Indonesia menggenangi wilayah obyek asuransi. "Singapura itu apakah kena
banjir sebesar kita". Nyatanya mereka punya sistem simulasi
asuransi banjir. Kalau kita tidak segera membikin peta banjir dan
modelling-nya, nanti tarif premi asuransi untuk banjir ngikut standar Singapura
lho, " ujarnya di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta
Selatan,OJK mengaku siap mendukung industri asuransi menyusun polis khusus
banjir. Pasalnya genangan air yang membuat kerusakan masih masuk dalam kategori
perluasan polis untuk properti dan kendaraan bermotor. Imbasnya, tarif preminya
dianggap terlalu rendah. "Nah,dibutuhkan, pasti saya yakin diminati.
Makanya peta banjir saya harap 2013 ini bisa selesai lah," kata Firdaus.
Karena asosiasi tidak dibolehkan mengusulkan besaran biaya premi untuk
rancangan asuransi banjir, Firdaus mengaku OJK bakal mengumpulkan dulu
data-data yang diperlukan, supaya besaran tarif adil bagi semua pihak. Data itu
berupa informasi bencana dari Badan Nasional Penanggulangan "Memang yang
berhak menyusun tarif itu regulator, nanti kita lihat data BNPB dan yang lain,
supaya fair," cetusnya.
Ditidak diimbangi kemampuan membaca
risiko. Sehingga perusahaan asuransi banyak yang kaget ketika wilayah tidak
diperkirakan banjir turut tergenang. Itu sebabnya pihaknya mengaku terlambat "Kalau
dan Jati Asih terkena juga. Nanti data yang terbaru ini kita susun dari data
statistik 10 tahun terakhir." Soal besaran tarif premi asuransi banjir,
Cornelius memperkirakan akan disesuaikan lokasi obyek yang beban premi lebih
besar. "
www.aasi.or.id/news/29